Wednesday, July 10, 2013

Grand Theft Auto V: Official Gameplay Video


Serial Killers: The Real Silence of the Lambs | History Channel Documentary


Inspiring Quotes 2

19. “Entrepreneurship is living a few years of your life like most people won’t so you can spend the rest of your life like most people cant.”
- Warren G. Tracy’s student
20. “To win without risk is to triumph without glory.”
- Corneille
21. “Keep away from people who try to belittle your ambitions. Small people always do that, but the really great make you feel that you, too, can become great.”
- Mark Twain
22. “There is only one success- to be able to spend your life in your own way.”
- Christopher Morley
23. “Whatever the mind can conceive and believe, the mind can achieve.”
- Napoleon Hill
24. “Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If you love what you are doing, you will be successful.”
- Albert Schweitzer
25. “What is not started will never get finished”
- Johann Wolfgang von Goethe
26. “When you cease to dream you cease to live.”
- Malcolm Forbes
27. “Formal education will make you a living; self-education will make you a fortune.”
- Jim Rohn
28. “The most valuable thing you can make is a mistake- you can’t learn anything from being perfect.”
- Adam Osborne
29. “A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way.”
- John C. Maxwell
30. “The function of leadership is to produce more leaders, not more followers.”
- Ralph Nader
31. “Choose a job that you like, and you will never have to work a day in your life.”
- Confucius
32. “Your most unhappy customers are your greatest source of learning.”
- Bill Gates

Inspiring Quotes

1. “The best way to predict the future is to create it.”
- Peter Drucker
2. “Winners never quit and quitters never win.”
- Vince Lombardi
3. “Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped by dogma – which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the noise of other’s opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.”
- Steve Jobs
4. “My biggest motivation? Just to keep challenging myself. I see life almost like one long University education that I never had — everyday I’m learning something new.”
- Richard Branson
5. “Every time you state what you want or believe, you’re the first to hear it. It’s a message to both you and others about what you think is possible. Don’t put a ceiling on yourself.”
- Oprah Winfrey
6. “It’s fine to celebrate success but it is more important to heed the lessons of failure.”
- Bill Gates
7. “It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it. If you think about that, you’ll do things differently.”
- Warren Buffett
8. “One of the huge mistakes people make is that they try to force an interest on themselves. You don’t choose your passions; your passions choose you.”
- Jeff Bezos
9. “I have not failed. I’ve just found 10,000 ways that won’t work.”
- Thomas Edison
10. “Logic will get you from A to B. Imagination will take you everywhere.”
- Albert Einstein
11. “As long as you’re going to be thinking anyway, think big.”
- Donald Trump
12. “Success is walking from failure to failure with no loss of enthusiasm.”
- Winston Churchill
13. ”Genius is 1% inspiration, and 99% perspiration.”
Thomas Edison
14. “Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.”
- Mark Twain
15. “The price of success is hard work, dedication to the job at hand, and the determination that whether we win or lose, we have applied the best of ourselves to the task at hand.”
- Vince Lombardi
16. “If you cannot do great things, do small things in a great way.”
- Napoleon Hill
17. “I don’t know the key to success, but the key to failure is trying to please everybody.”
- Bill Cosby
18. “Success is not what you have, but who you are.”
- Bo Bennet

Monday, July 8, 2013

Batman Unmasked The Psychology of the Dark Knight Documentary



Saat membrowsing internet, saya iseng mensearch keyword "batman psychology" di search bar Youtube, berharap mungkin ada video menarik yang bisa saya tonton. Dan ternyata pada search result terdapat sebuah dokumenter yang mencoba menjelaskan sisi psikologis karakter Batman dan hal-hal lain yang berkaitan. Dan videonya cukup menarik, saya mendapatkan hal-hal menarik dari dunia psikologi lewat penjelajahan seorang karakter Batman.

Link Video --> Klik disini
  

Friday, April 19, 2013

Eksperimen Milgram



           

A). Pendahuluan


Manusia, sebagai makhluk individu dan sosial yang diciptakan oleh Tuhan telah ditanamkan sebuah kewajiban dan keinginan untuk berbuat perbuatan baik dimana saja dan kapan saja. Adalah merupakan suatu hal yang wajar jika manusia ingin menjadi orang yang berperilaku baik dan berekelakuan sopan di mata orang lain, dalam kata lain menjadi manusia ideal berdasarkan standar masyarakat, karena akan banyak keuntungan yang akan didapatkan. Selain akan mendapatkan suatu kepuasan tersendiri, orang lain akan merasa senang dengan perbuatan baik tersebut, sehingga menjadikan individu tersebut menjadi lebih disukai dan akan dipandang dengan kacamata positif. Hal-hal tersebut merupakan aspek yang sangat penting dan berguna untuk dimiliki dikarenakan kita hidup di kumpulan masyarakat dimana anggapan dan opini orang lain terhadap diri kita masing-masing sangat berperan penting dalam menjalani kehidupan, karena semakin banyak orang yang menyukai kita, akan semakin besar kemungkinan kita akan dibantu dalam masalah-masalah yang akan kita hadapi suatu saat nanti, sehingga dalam menjalani kehidupan akan semakin dimudahkan.

           

B). Isi


Beberapa faktor penting yang dapat dijadikan sebuah latar belakang mengapa
individu-individu di dalam masyarakat menjadikan berperakuan baik dan pantas sebagai patokan bahwa seseorang adalah individu “ideal” salah satunya adalah agama atau kepercayaan yang dianut. Hampir semua agama, contohnya Islam, mengajak penganutnya agar selalu berbuat baik kepada sesama agar mendapatkan pahala. Orang-orang yang selalu berusaha berbuat baik maka otomatis akan mendapatkan banyak pahala, sehingga akan semakin meningkatkan kemungkinan ia akan mendapatkan kehidupan baik di dunia maupun di akhirat. Faktor lain adalah kesadaran bahwa individu-individu yang tidak berbuat baik, tetapi berbuat di luar batas, yang mana di luar batas itu adalah ke arah yang negatif,  akan dipandang pula dalam pandangan yang negatif, sehingga akan dijauhi oleh masyarakat dan menjadikan kehidupan mereka lebih susah untuk dijalani, karena semakin sedikitnya yang ingin membantu mereka.


            Terkadang, kita sering membayangkan sebuah situasi yang melibatkan sebuah masalah tertentu dimana kita akan pasti berbuat yang sepantasnya, sesulit maupun serumit apapun. Sebagai contoh  sederhana, sebagai seorang pelajar, merupakan salah satu kewajiban yang utama untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan rumah, atau PR, yang diberikan oleh guru. Namun, jika kita lupa ataupun malas mengerjakan PR yang diberikan, maka kemungkinan besar kita akan ditegur ataupun dimarahi oleh sang guru. Nah, coba kita bayangkan misal kalau kita malas mengerjakan tugas tersebut, walaupun sang guru telah memperingatkan beberapa kali tentang PR tersebut. Saat akan dimarahi guru, kemungkinan besar kita akan berpikir bahwa kita akan mengatakan yang sejujurnya bahwa kita malas mengerjakan PR tersebut, tidak memberikan alasan atau berbohong seperti kita lupa membawa PR tersebut atau tidak tahu kalau diberikan tugas, walaupun kita akan dimarahi, karena itu merupakan perbuatan yang sepantasnya. Tapi apakah kita akan berbuat yang sepantasnya? Apakah kita akan mengatakan yang sejujurnya? Atau malah sebaliknya, kita menjadi takut dimarahi dan berbohong? 


Contoh diatas memberikan gambaran sedikit tentang apa yang akan dibahas pada artikel ini, tetapi contoh diatas mempunyai kekurangan agar menjadi contoh yang betul-betul sesuai. Maka, akan diberikan contoh yang lainnya. Coba bayangkan kita ada di sebuah suasana ujian sekolah. Setelah sang pengawas memberikan lembar jawaban dan soal, pengawas menginstruksikan kita untuk terlebih dahulu tata tertib yang tertera di lembar soal, agar saat dalam proses mengerjakan ujian, tidak ada kesalahan yang terjadi. Dalam tata tertib tersebut, tertulis salah satu aturan yang menyatakan bahwa dalam ujian ini, para peserta ujian tidak diperbolehkan untuk membuka buku pelajaran maupun catatan. Tetapi, tiba-tiba sang pengawas mengatakan bahwa diperbolehkan untuk membuka buku pelajaran maupun catatan, dengan alasan bahwa soal-soal yang diujikan akan sulit untuk diselesaikan tanpa menggunakan referensi yang ada pada buku pelajaran. Beberapa peserta ujian menanyakan kembali apakah memang betul diperbolehkan untuk membuka buku, karena sudah tertera jelas di dalam tata tertib bahwa tidak diperbolehkan untuk  membuka buku. Sang pengawas beralasan bahwa diadakan pertemuan mendadak sebelum ujian dengan hasil sepakat bahwa diperbolehkan untuk membuka buku khusus hanya untuk ujian tersebut. Karena pertemuan tersebut mendadak, sehingga tata tertib di dalam lembar soal tidak sempat diperbaiki. Nah, apa yang akan kita lakukan dalam situasi seperti itu? Apakah kita tetap tidak akan membuka buku karena ragu akan  kevalidasian alasan sang pengawas ? Atau mengikuti apa yang dikatakan pengawas bahwa boleh membuka buku, karena pengawas tersebut merupakan salah satu staff pengajar di sekolah tersebut sehingga dapat dipercaya, dan walaupun pengawas tersebut salah, itu bukan merupakan kesalahan kita karena pengawas tersebut berbohong?


            Berikutnya, akan diberikan lagi contoh situasi lainnya, tapi kali ini akan lebih berbobot. Coba bayangkan anda adalah seorang yang berkebangsaan Jerman pada masa Perang Dunia II. Walaupun anda adalah orang Jerman, tetapi anda kurang setuju dengan cara kepemimpinan Hitler karena kediktatorannya dan ia juga banyak menindas bahkan membunuh banyak orang tak bersalah, sehingga anda tidak mendukung Hitler. Tetapi, anda diwajibkan sebagai orang Jerman untuk menjadi salah satu tentara Jerman yang akan berperang melawan tentara Sekutu. Dengan paksaan, anda menjadi salah satu tentara Jerman walaupun sebenarnya anda tidak ingin. Nah, suatu ketika, anda sebagai pimpinan pasukan anda diperintahkan oleh atasan anda yang sedang berkunjung ke pos tempat anda bertugas untuk membunuh massal para tawanan perang, yang berjumlah sekitar 50 orang. Mulanya anda menolak untuk menjalani perintah tersebut, karena anda tahu itu bukan merupakan perbuatan yang pantas dan tidak ada alasan untuk membunuh para tawanan. Tetapi, atasan anda tetap memaksa anda. Anda berusaha menolak lagi, tetapi atasan anda memaksa anda lagi. Apakah yang akan anda lakukan? Berusaha menolak sampai anda diperbolehkan untuk tidak membunuh para tawanan, atau mengikuti perintah atasan anda karena itu merupakan sebuah perintah dan harus anda patuhi?


            Nah, isu-isu inilah yang akan dibahas di dalam artikel ini. Contoh-contoh diatas diberikan untuk memberikan gambaran atas sebuah eksperimen yang akan dibahas di artikel ini. Eksperimen ini dijalankan oleh seorang Psikologis dari Universitas Yale pada tahun 1960-an yang bernama Stanley Milgram, sehingga eksperimen ini lebih sering disebut dengan nama Eksperimen Milgram (Milgram Experiment). Milgram membuat eksperimen ini karena ingin mencari penjelasan mengapa orang-orang biasa yang sebelumnya tidak pernah berkelakuan jahat dan menjalani kehidupan secara biasa-biasa saja, dapat menjadi salah seorang pelaku genosida atau pembunuhan massal pada Perang Dunia II, dimana alasan mereka adalah mereka hanya mengikuti perintah.


            Milgram merekrut orang-orang biasa sebagai subjek eksperimennya dengan membuat iklan di dalam surat kabar dengan menawarkan upah sebesar $4.50. Pertama, para subjek dibohongi bahwa eksperimen ini adalah eksperimen untuk metode pembelajaran. Para subyek dibagi menjadi seorang “Guru” dan seorang “Murid”, tetapi sebenarnya sang “murid” merupakan seorang aktor yang bekerjasama dengan Milgram. Ada juga aktor lain yang bertugas menjadi sang “eksperimenter”  nya (bukan Milgram).


            Kemudian dijelaskan bahwa tugas dari guru adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh murid, dimana jika sang murid salah menjawab, maka guru akan memberikan murid aliran listrik dari sebuah alat generator listrik yang sudah dipersiapkan. Aliran listrik yang akan diberikan dimulai dari 30 volt dan akan terus dinaikkan sebanyak 15 volt sampai batas akhir 450 volt. Generator nya juga diberikan tulisan-tulisan seperti:
"slight shock", "moderate shock", "strong shock", "very strong shock", "intense shock", "extreme intensity shock." ,"Danger: Severe Shock","XXX" sesuai alirannya untuk menambah kengerian dari generator tersebut. Tetapi, tanpa diketahui oleh sang guru, tidak ada aliran listrik yang diterima oleh murid, si murid hanya berpura-pura menerima aliran listrik.


            Seiring dengan meningkatnya aliran listrik yang dialirkan, sang murid akan memberikan reaksi-reaksi yang makin lama makin mengkhawatirkan, seperti:
- bersungut pada aliran 75 volt,
- mengkomplain  pada aliran 120 volt,
- meminta untuk meninggalkan eksperimen pada aliran 150 volt;
- meminta untuk keluar dengan intensitas yang lebih besar;
- berteriak kesakitan pada aliran 285 volt;
- berteriak dan megkomplain kesakitan pada bagian hati
Saat aliran mencapai 300-an volt, si murid  akan menjadi diam dan tidak mau menjawab lagi.
Eksperimen ini mengukur sampai mana sang guru akan terus memberikan aliran listrik kepada murid, apakah ia akan berhenti atau terus memberikan aliran listrik.
Jika sang guru mengatakan ingin berhenti, maka sang eksperimenter memberikan perintah-perintah agar eksperimen dilanjutkan:
  1. "Please continue."
  2. "The experiment requires that you continue."
  3. "It is absolutely essential that you continue."
  4. "You have no other choice, you must go on."

C). Penutup


            Hasil yang didapat kan oleh Milgram sungguh mengejutkan. Sebelumnya Milgram mengasumsikan bahwa hanya sedikit subjek yang akan terus memberikan aliran listrik sampai ke batas akhir dan kebanyakan akan berhenti. Juga sebelumnya Milgram telah melakukan survey kepada mahasiswa Universitas Yale dan mendapatkan hasil bahwa mereka memprediksikan hanya 3 dari 100 partisipan yang akan terus memberikan aliran listrik  sampai batas akhir. Ternyata, hasil yang didapatkan dari eksperimen adalah 65% dari para subjek yang memberikan aliran listrik sampai batas akhir. Mengapa bisa begitu? Milgram menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi keaptuhan para subjek:

- Dengan hadirnya seorang figur otoritas (sang eksperimenter) menambah kepatuhan subjek.
- Fakta bahwa eksperimen yang dilakukan disponsori oleh Universitas Yale (sebuah institusi
   akademik yang terpercaya) menambah anggapan bahwa eksperimen yang dilakuakan itu aman.
- Pemilihan “guru” dan “murid” kelihatan acak dari sudut pandang subjek.
- Para subjek menganggap bahwa sang “eskperimenter” adalah seorang ahli yang berkompetensi.
- Aliran listrik yang diterima murid dikatakan hanya menyakitkan, tidak membahayakan.


Sumber: - http://psychology.about.com/od/historyofpsychology/a/milgram.htm
              - http://nature.berkeley.edu/ucce50/ag-labor/7article/article35.htm
              - http://www.simplypsychology.org/milgram.html    

Saturday, April 6, 2013

Teori Belajar Modelling


Berikut merupakan hasil diskusi kelompok teori belajar saya yang beranggotakan:
-  111402097 - Mufridary Naufal

Albert Bandura (Tokoh Pembelajaran Sosial)


Albert Bandura lahir di Mudane Kanada, 4 Desember 1925. Dia adalah seorang psikolog. Ia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Iowa, tempat di mana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.

Tahun 1953, dia mulai mengajar di Standford University. Di sini, dia kemudian bekerja sama dengan salah seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul Adolescent Aggression terbit tahun 1959. Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam Distinguished Scientific Contributions tahun 1980.

Teori-teori Albert Bandura banyak di aplikasikan dalam bidang pendidikan terutama pada pembelajaran sosial (social learning theory). Teori pembelajaran sosial ini pada awalnya dinamakan sebagai “Teori Sosial Kognitif” oleh Bandura sendiri (Moore, 2002). Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, kognitif dan tingkah laku memainkan peranan penting dalam pembelajaran (Santrock, 2001). Faktor kognitif akan mempengaruhi wawasan pelajar tentang pemahaman; sementara faktor sosial, termasuk perhatian pelajar tentang tingkah laku dan imitasi ibu bapaknya, akan mempengaruhi tingkah laku pelajar tersebut.

Teori
Teori pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk yang aktif, berupaya membuat pilihan dan menggunakan proses-proses perkembangan untuk menyimpulkan peristiwa serta berkomunikasi dengan orang lain. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pengaruh lingkungan dan sejarah perkembangan seseorang atau bertindak pasif terhadap pengaruh lingkungan. Dalam banyak hal, manusia adalah selektif dan bukan entiti yang pasif, yang boleh dipengaruhi oleh keadaan lingkungan mereka.

Bandura (1977) menyatakan bahwa "Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own action to inform them what to do. Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling: from observing others one form an idea of her new behavior are performed, and on later occasion this coded information serves as a guide for action".

Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi itu adalah tidak baik.

Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B = behavior), lingkungan (E = environment) dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P = perception) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, iaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.

Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana (Kardi, S., 1997: 14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Untuk menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori tentang imitasi. Bersama dengan Walter (1963) dia mengadakan penelitian pada anak-anak dengan cara menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit ‘sockeroo’ dalam film. Setelah menonton film anak-anak ini diarah bermain di ruang permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam film. Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam film.

Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).

Prosedur-prosedur Social learning:

Conditioning
Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan; Reward (hadiah), Punishment (hukuman). Dasar pemikirannya: Sekali seorang mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), sehingga dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat.

Imitation
Imitation (peniruan). Dalam hal ini, orang tua dan guru diharapkan memainkan peran penting sebagai seorang model/tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral. Kualitas kemampuan peserta didik dalam melakukan perilaku social hasil pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi peserta didik “siapa “ yang menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku social dan moral peserta didik tersebut. Jadi dalam Social Learning, anak belajar karena contoh lingkungan. Interaksi antara anak dengan lingkungan akan menimbulkan pengalaman baru bagi anak-anak.

Contoh peristiwa dalam aktivitas Mahasiswa TI 
Sebut seorang mahasiswa yang bernama A. A adalah salah satu mahasiswa baru jurusan teknologi informasi. Sebelumnya A belum pernah belajar programming, sehingga saat memulai belajar mata kuliah programming, ia sedikit terkejut dan sedikit kesulitan dalam mengikuti mata kuliah tersebut. Sehingga suatu saat salah seorang senior TI yang bertugas mengajar mata kuliah praktikum pemrograman menawarkan untuk mengajarkan lebih dalam (belajar kelompok) dan intensif tentang dasar-dasar pemrograman kepada siapa saja yang berkeinginan, si A langsung menerima tawaran tersebut. Setelah mengikuti beberapa kali belajar kelompok dengan sang senior, si A perlahan-lahan mulai mengerti tentang pemrograman dan dapat mulai mengikuti dengan lancar mata kuliah pemrograman. Si A berpendapat sang senior pandai dalam mengajari pemrograman, dengan style yang santai dan tidak kaku, juga sering memberikan tips-tips yang berguna. Dan juga sang senior juga memberikan pelajaran-pelajaran tentang kehidupan yang sangat berguna saat si A akan terjun ke masyarakat.

Testimoni
Seorang "Role Model" merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan dan pembelajaran seorang individu, terutama jika sang individu tersebut masih berumur belia. Seorang individu yang belia menjalani sebuah proses pencarian jati diri dan mencari apa yang akan dia lakukan di hidup ini. Maka, seorang role model akan sangat membantu dalam men-guide sang individu dalam proses tersebut, karena jika perlakuan sang role model semuanya merupakan hal yang baik dan positif, maka sang individu dapat dijamin akan tumbuh menjadi seorang yang berguna dan penuh manfaat.

Sumber : http://www.psychologymania.com/2011/11/albert-bandura-tokoh-pembelajaran.html